1.
Suatu hari ketika masih kelas 6 SD, saya sedang berada di
suatu bank swasta di daerah rumah saya. Saat melakukan pengisian formulir
pembayaran, tiba-tiba seorang ibu membuka pembicaraan kepada saya. Menanyakan
beberapa pertanyaan singkat kepada saya. Sembari menunggu teller, saya pun menjawab pertanyaan ibu itu dengan ramah. Di akhir
pembicaraan kami, tiba-tiba teller yang ada di depan kami bertanya kepada ibu
itu, “Ibu kenal?” Lalu ibu itu menjawab, “Oh, adik ini punya karakter yang enak
diajak ngobrol.” Jawab ibu itu
singkat. Teller dan ibu itupun tersenyum kepada saya. saya pun membalas
senyuman mereka dan melengos pulang ke rumah.
2.
Saat berada di bangku kelas 5 SD, sekolah saya kedatangan
mahasiswa PKL. Mereka berasal dari Universitas Negeri Malang. Saat itu kelas
saya sedang pelajaran Bahasa Indonesia, salah satu pelajaran favorit saya
selain Olahraga dan Kesenian – sebab tidak ada pelajaran lain lagi yang mampu
menggugah passion saya, hehehe.
Kebetulan yang mengisi kelas saya saat itu adalah mahasiswa PKL tersebut dan
seorang dosen pembimbingnya sebagai pengawas.
Saat itu ia memberikan
materi kepada kami tentang mengarang cerita bergambar. terlihat gambar seekor
semut, ulat dan kupu-kupu di papan tulis. Saya dan teman-teman pun mulai
mengarang bebas tentang gambar itu, dan satu persatu dari kami diwajibkan
membacanya di depan kelas, termasuk saya. Di akhir jam pelajaran, tiba-tiba
dosen pembimbing/ pengawas mahasiswa tersebut menghampiri saya seraya berkata,
“Aku suka ceritamu mas, kamu pintar ya.” Dan saya pun tersenyum.
3.
Masih seputar pengalaman SD. Saya termasuk siswa yang cukup
“berani tampil” saat itu. Ketika ada olimpiade tingkat kota – bertepatan dengan
Hari Pendidikan Nasional, saya beserta beberapa teman dipilih untuk mewakili
sekolah kami. Saat itu saya mewakili sekolah di bidang Bahasa Indonesia. Ada
materi sinopsis – kala itu sinopsis tentang perjuangan Ki Hajar Dewantara. Ada
juga materi editing dan membaca. Satu hal yang membuat saya nyesek dari olimpiade ini adalah saat
pengumuman pemenang. Saya berhasil menduduki urutan keempat dengan skor 393,
selisih 1 skor dengan pemenang ketiga, dengan skor 394. Padahal yang menjadi
pemenang hanyalah 3 orang. Selangkah lagi bossss!!!
4.
Saat pentas seni perpisahan siswa kelas 6, saya terpilih
sebagai pengisi acara. Kebetulan saat itu saya membaca puisi bersama adik kelas
bernama Diana Nurindasari. Kami membacakan puisi dengan judul – seingat saya – “Sholat”. Saat hari H, kami
membacakannya dengan kompak dan berhasil mengumpulkan jutaan telapak tangan
wali murid dan guru yang saat itu sedang menghadiri acara tersebut. Hehehehe…
keesokan harinya, saat membaca salah satu Koran lokal di kota saya, terpampang
foto kami berdua yang sedang manggung beserta
beritanya di rubrik Pendidikan. Cuma itu kok, but proud of it! Hihihi….
5.
Saat masih SD, saya sering diikutsertakan dalam lomba cerdas
cermat Pendidikan Agama Islam. Saat itu saya masih berada di kelas 5. Satu tim
terdiri dari 3 orang. Sengaja sekolah kami meramu tim dari 3 kelas berbeda. Tim
saya terdiri dari Azharul Iman dari kelas 4, Aris Bagus – saya sendiri – dari
kelas 5, dan sebut saja yoyon – saya lupa namanya – dari kelas 6. Tim kami
cukup kompak dan mahir membagi strategi. Beberapa kali menang dalam cerdas
cermat, baik tingkat kelurahan, kecamatan maupun kota. Namun, kami patut
berbangga atas hal itu, walaupun kala itu kejayaan kami berhasil dibinasakan
oleh tim dari SD Dharma Wanita Brawijaya.
6.
Ini kejadian aneh tapi cukup membuat saya berhasil di posisi awkward moment. Saat masih SD saya hobi
sekali membaca puisi. Setiap ada lomba membaca puisi baik itu tingkat kota
maupun provinsi, sekolah saya selalu mengirim saya dan kakak kelas saya –
namanya Lia dan saya sempat naksir doi, hahaha – busyet! Kejadian ini terjadi
berulang kali. Begini. Setiap ada lomba membaca puisi yang diselenggarakan oleh
pihak di luar sekolah, Lia selalu berada di atas saya. tapi, ketika yang
menyeleggarakan pihak sekolah, baik itu saat perayaan HUT sekolah ataupun
Maulid Nabi, saya selalu berada di atasnya. Kejadian ini sempat membuat saya
bertanya-tanya, “lho, kok?” Dan ini
selalu terjadi di antara kami sewaktu masih SD dulu. Btw, How is she, today? Hehehe…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar