Kami ada di bulan kedua tahun 2010.
Saat itu kami belum mengenal satu sama lain secara mendalam. Hanya sebatas
kulit luar yang terlihat. Tak banyak yang kami tahu soal saya, kamu, dia atau
kita. Dan, di sinilah cerita kami berawal. Cerita rumit kami berlima selama
masa percobaan menjadi satu.
Sebenarnya tidak berbeda dengan
mereka kebanyakan. Apa yang kami lakukan sebatas kewajaran yang dilakukan
remaja saat itu. Menjalani setiap adegan yang kami ciptakan sendiri.
Mempelajari pengalaman yang kami lalui setelahnya. Mungkin bisa dikatakan
begitu.
Lantas, apa perbedaan yang ada pada
diri kami? – terdiam beberapa saat. Hampir dari kami semua memiliki karakter
yang sama. Dari informasi yang saya dapatkan, kami memiliki sisi plegmatis.
Entah dari sisi mana, yang jelas itu penilaian saya terhadap kami. Bagaimana
bisa?
Perlahan waktu terus merangkak maju.
Memutar setiap masa yang dimilikinya. Saat itulah kami mulai mengenal kami.
Adegan per adegan coba kami jalani, kejadian per kejadian coba kami lalui. Kami
semua mulai menunjukkan kepribadian kami masing-masing dalam mengatasi masalah
yang ada, kecuali satu dari kami. Dia – sebut saja begitu – koleris. Masalah
yang datang dan pergi tak lantas kami cepat selesaikan, karena kami sedikit
malas untuk menghadapinya. Kami seperti tak menemukan titik terang akan masalah
kami sendiri. Desakan si koleris membuat kami makin malas menyentuhnya.
Berkali-kali kami mengalami dan melakukan hal yang sama. hanya diam, menunggu
jawaban, dan ujung-ujungnya yang keluar hanyalah “terserah”. Tidak dengan si
koleris, dia cenderung mendesak dan mencoba menyelesaikan masalah dengan
caranya sendiri. Dia tak bisa dikritik, dia tak bisa disalahkan. Beginilah
kami. Masing-masing dari kami – mungkin – menyadari kekeliruan kami, namun kami
tak bisa berbuat lebih. Entah apa sebabnya. Mungkin karena ketidakcocokan yang
menimbulkan ketidaknyamanan. Seolah kami menikmati tiap episode cerita kami.
***
Kami berbeda saat di hadapan puluhan
penonton. Terlihat rame, kocak, kompak dan menyenangkan. Seolah kami sedang
dalam keadaan baik. Mungkin ini termasuk hal baik yang ada pada diri kami –
tapi lihatlah ke belakang. Kami menyenangkan saat “lupa” akan masalah, namun
membingungkan saat tidak dalam kondisi baik. Keaslian kami mulai muncul. Lagi,
lagi dan lagi. Sama seperti sebelum-sebelumnya.
Hingga pada akhirnya, kami memutuskan
untuk berhenti dan kembali ke “dunia” kami masing-masing. Tidak dalam kondisi
baik. Namun, beginilah adanya.
***
Saat ini – 9 Februari 2014 – kami
menyepakati untuk memulai kembali cerita kami, tanpa si koleris. Reborn! Tapi, entah bagaimana
kelanjutannya. Semoga lebih baik. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar