Senin, 10 Februari 2014

MP

Kami ada di bulan kedua tahun 2010. Saat itu kami belum mengenal satu sama lain secara mendalam. Hanya sebatas kulit luar yang terlihat. Tak banyak yang kami tahu soal saya, kamu, dia atau kita. Dan, di sinilah cerita kami berawal. Cerita rumit kami berlima selama masa percobaan menjadi satu.
Sebenarnya tidak berbeda dengan mereka kebanyakan. Apa yang kami lakukan sebatas kewajaran yang dilakukan remaja saat itu. Menjalani setiap adegan yang kami ciptakan sendiri. Mempelajari pengalaman yang kami lalui setelahnya. Mungkin bisa dikatakan begitu.
Lantas, apa perbedaan yang ada pada diri kami? – terdiam beberapa saat. Hampir dari kami semua memiliki karakter yang sama. Dari informasi yang saya dapatkan, kami memiliki sisi plegmatis. Entah dari sisi mana, yang jelas itu penilaian saya terhadap kami. Bagaimana bisa?
Perlahan waktu terus merangkak maju. Memutar setiap masa yang dimilikinya. Saat itulah kami mulai mengenal kami. Adegan per adegan coba kami jalani, kejadian per kejadian coba kami lalui. Kami semua mulai menunjukkan kepribadian kami masing-masing dalam mengatasi masalah yang ada, kecuali satu dari kami. Dia – sebut saja begitu – koleris. Masalah yang datang dan pergi tak lantas kami cepat selesaikan, karena kami sedikit malas untuk menghadapinya. Kami seperti tak menemukan titik terang akan masalah kami sendiri. Desakan si koleris membuat kami makin malas menyentuhnya. Berkali-kali kami mengalami dan melakukan hal yang sama. hanya diam, menunggu jawaban, dan ujung-ujungnya yang keluar hanyalah “terserah”. Tidak dengan si koleris, dia cenderung mendesak dan mencoba menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri. Dia tak bisa dikritik, dia tak bisa disalahkan. Beginilah kami. Masing-masing dari kami – mungkin – menyadari kekeliruan kami, namun kami tak bisa berbuat lebih. Entah apa sebabnya. Mungkin karena ketidakcocokan yang menimbulkan ketidaknyamanan. Seolah kami menikmati tiap episode cerita kami.
***
Kami berbeda saat di hadapan puluhan penonton. Terlihat rame, kocak, kompak dan menyenangkan. Seolah kami sedang dalam keadaan baik. Mungkin ini termasuk hal baik yang ada pada diri kami – tapi lihatlah ke belakang. Kami menyenangkan saat “lupa” akan masalah, namun membingungkan saat tidak dalam kondisi baik. Keaslian kami mulai muncul. Lagi, lagi dan lagi. Sama seperti sebelum-sebelumnya.
Hingga pada akhirnya, kami memutuskan untuk berhenti dan kembali ke “dunia” kami masing-masing. Tidak dalam kondisi baik. Namun, beginilah adanya.
***
Saat ini – 9 Februari 2014 – kami menyepakati untuk memulai kembali cerita kami, tanpa si koleris. Reborn! Tapi, entah bagaimana kelanjutannya. Semoga lebih baik. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar