Di jaman seperti ini, mungkin saya
termasuk orang yang beruntung. Kenapa demikian? Yup, bukan lain adalah saya sempat ikut menikmati permainan
tradisional pada jamannya. Beberapa dari kita mungkin pernah memainkan – at least pernah mendengar – yang namanya
petak umpet, bentengan, umbulan, gobak sodor (go back to door),
boy-boy-an, engklek, dakon, sri gendem, dan lain sebagainya (nama-nama
permainan tersebut adalah permainan yang pernah ada di daerah saya. Sebenarnya
masih banyak jenis permainan tradisional yang lainnya, termasuk di daerah anda).
Merekalah yang selalu menemani kehidupan masa kanak-kanak saya, yakni pada
tahun 90-an. Teman-teman sebaya saya pun patut dan harus bersyukur sempat
merasakan “perjuangan” permainan tradisional menarik minat anak-anak saat itu.
Namun, kondisinya berbeda dengan
sekarang. Jaman sudah berubah, teknologi makin maju. Sialnya, apa-apa bisa
dilakukan secara praktis. Membuat permainan tradisional menjadi kurang diminati
dan lambat laun hanya tinggal nama. Mungkin, anak-anak jaman sekarang lebih
tertarik pada hal-hal yang berbau
canggih dan modern, semua serba praktis dan memudahkan. Jatuh-jatuhnya lebih
individual dan anti sosial. Sangat disayangkan.
Padahal keren lho kalau permainan tradisional bisa kembali ke kehidupan kita. Setiap
permainan yang dimainkan memiliki nilai-nilai tersendiri. Seperti bentengan. Dalam permainan ini dituntut
adanya kerja sama tim, ketangkasan dan kecepatan. Begitu juga dengan petak
umpet. Setiap orang perlu cepat dan tangkas dalam memainkannya. Kepekaan terhadap
keberadaan lawan main menjadi yang utama dalam permainan ini. Ada lagi, pernah
mendengar permainan Gobak sodor (go back
to door)? Permainan yang penuh strategi dan trik dalam mengecoh lawan main.
Kerja sama tim juga sangat diperlukan dalam permainan ini. Tim yang paling
pandai mengatur siasat, dia lah yang menang.
Pada intinya, walaupun dianggap jadul, namun permainan-permainan semacam
ini sangat menyenangkan. Di samping memiliki nilai sosial yang tinggi, juga
mampu menciptakan kepuasan tersendiri, yakni perasaan senang. Masa kecil
sangatlah penting untuk belajar bersosialisasi dengan masyarakat. Menumbuhkan kepekaan
terhadap orang lain serta mengasah jiwa sosial terhadap masyarakat – saya harap
kita masih ingat pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). So, let’s play (again)!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar