Tiba-tiba
saya merindu akan lagu anak-anak jaman dulu. Sebut saja Cikita Meidy, Trio
Kwek-kwek, Tina Toon, Eno Lerian, Joshua, Dhea dan Agnes Monica. Sederet artis
cilik pada jamannya tersebut adalah favorit saat saya masih lucu-lucunya dulu. Setiap
sore selalu stand by di depan TV
sambil menunggu acara musik “Ci Luk Ba” yang senantiasa menemani anak-anak
dengan lagu-lagu edukatifnya.
Wah, lagi-lagi saya merasa beruntung
lahir pada saat itu. Masih sempat mendengarkan lagu anak-anak yang mendidik,
bertemakan religi, sosial, dan edukasi. Semua lagu-lagu mereka dikemas dengan musik
yang relevan untuk anak-anak. Sehingga “aman” untuk dikonsumsi. Hehe!
Misalnya, lagu yang dinyanyikan
Cikita Meidy yang bertajuk “Ibu Pertiwi”. Dalam lagu tersebut diceritakan
kondisi Indonesia yang tidak sedang dalam kondisi baik. Disisipkan pula sajak
doa untuk Indonesia supaya selalu dalam lindungan tuhan. Apa yang harus
diperbuat generasi muda untuk kemajuan Indonesia, menjaga harta kekayaan
Indonesia, dan lain sebagainya. Ada juga, “Surga Di Telapak Kaki Ibu” yang
dibawakan Dhea. Nasihat-nasihat untuk selalu mematuhi dan menyayangi seorang
Ibu. Mengingat pengorbanan seorang Ibu yang tanpa pamrih merawat dan menyayangi
anak-anaknya. That’s awesome!
Keren lagi, jam tayang lagu-lagu
tersebut di televisi yang cukup intens, bahkan sampai ada acara khusus untuk
pemutaran video klip mereka. Diantaranya Tralala Trilili, Kring Kring Olala,
dan Ci Luk Ba. Sambutan positif media televisi untuk mengedukasi anak-anak pada
jaman itu dengan menayangkan acara musik anak yang bersifat edukatif. Jempol!!!
Namun, fenomena tersebut tidak
berlaku untuk hari ini. Kontradiktif. Seolah turut mengikuti permintaan pasar. Lagu
anak-anak pun makin surut. Mungkin hanya segelintir stasiun TV yang kadang
menayangkannya dengan artis cilik baru, itu pun TV lokal. Satsiun TV yang
memiliki daya jangkau nasional sudah beralih ke artis cilik dengan lagu-lagu
bernuansa cinta yang notabene untuk dewasa. Sebut saja Cowboy Junior. Jelas,
harga jual mereka lebih mahal bagi perusahaan TV, sehingga jam terbang mereka
di layar kaca makin melejit. Ironis.
Padahal, kalau dilihat ke belakang. Lagu
anak-anak jaman dulu terbilang edukatif bagi konsumen cilik. Baik dari lirik
dan kemasannya. Sialnya, kalau sekarang mau tidak mau, setuju tidak setuju,
anak-anak disuguhkan dengan lagu-lagu cinta khas generasi prematur. Walaupun dampaknya
tidak begitu besar, toh kita sebagai
insan dewasa yang “katanya” peduli masa depan generasi muda juga perlu
mempertimbangkan hal ini. Kalau kata saya, “Kembalikan kejayaan lagu anak-anak
jaman dulu. At least lagu-lagu yang
mendidik dan relevan lah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar